TRINITAS BUKAN AJARAN YANG DIBAWA YESUS, MAKA JELAS PULA AJARAN KRISTEN BUKAN PERINTAH BERASAL DARI YESUS


MENYOROT TRINITAS
Umat Kristiani meyakini, bahwa Yesus adalah satu pribadi dari oknum yang tiga, dan oknum yang tiga itu adalah pribadi satu. Sungguh suatu hal yang sangat sulit dicerna oleh akal. Demikianlah doktrin dari agama Kristen, yaitu trinitas atau tritunggal. Satu berada dalam tiga dan tiga itu adalah satu. Secara logis matematis, doktrin ini adalah sebuah doktrin yang sangat tidak masuk akal, lagi tidak logis, karena suatu hal yang mustahil apabila dikatakan, 1 = 3 dan 3 = 1.
Mungkin, akan ada sebagian kaum Kristiani yang akan menjawab, bahwa masalah doktrin itu masalah keimanan, bukan masalah logis dan tidak logis. Kita tidak berhak mempertanyakan esensi dan hak Tuhan, namun Tuhan-lah yang berhak mempertanyakan kita. Tuhan adalah Maha Berkehendak, apabila Ia menghendaki sesuatu, maka itu adalah kehendak-Nya dan Ia mampu melakukannya. Apa hak kita menggugat otoritas Tuhan? Sekiranya Tuhan menyatakan bahwa diri-Nya berinkarnasi menjadi manusia, maka wajib kita mengimaninya. Karena Tuhan mampu melakukan apa saja yang Ia kehendaki.
Demikian kurang lebih argumentasi yang akan dilontarkan oleh mereka. Baiklah, sekarang mari kita telaah argumentasi mereka ini…. “Mohon disimak–tanpa ada hujatan???
1. manusia dianugerahi akal yang dengannya ia bisa memahami dan menjangkau sesuatu, walau pada batas dan limitnya. Dengan akal, kita bisa memahami bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini pastilah ada yang menciptakan dan mengaturnya. Akal yang sehat tidak mungkin menetapkan bahwa alam semesta ini ada dengan sendirinya, sebagaimana pemahaman kaum atheis. Beragama dan bertuhan bahkan merupakan naluri alami manusia. Akal sehat kita menyatakan bahwa Tuhan itu pastilah Sang Maha Sempurna, yang tidak memiliki aib dan cacat. Apabila memiliki aib dan cacat, maka telah hilanglah sifat ketuhanannya.
Tidak mungkin Tuhan yang Maha Sempurna itu bersifat membutuhkan, menderita, menangis, tersiksa, buang air, bahkan terbunuh. Apabila ada ‘Tuhan’ yang diatributkan dengan sifat-sifat ini, maka telah hilanglah sifat kemahasempurnaannya dan divinitas (ketuhanan)-nya. Yesus, yang dianggap Tuhan, ia menderita, menangis, tersiksa dan semisalnya yang merupakan sifat dan tabiat alami manusia.
Mungkin, kaum Kristiani masih berargumentasi dengan cara yang sama, bahwa Tuhan mampu dan berhak untuk melakukan hal tersebut di atas. Maka saya jawab kembali : apabila Tuhan berkehendak diri-Nya menjadi hamba, sedangkan Ia Maha Berkehendak, lantas siapakah yang menjadi Tuhan? Apakah Tuhan pada saat itu telah menjadi Tuhan sekaligus Hamba? Ia akan berdoa kepada diri-Nya sendiri, “Wahai Tuhan-Ku, yaitu diri-Ku sendiri, tolonglah Aku”. Lalu Tuhan pun menolong diri-Nya sendiri. Aduhai dimanakah akal dan logika sehat ???
Apabila Tuhan berkehendak diri-Nya menjadi seekor lalat, dan Dia adalah maha berkehendak dan tidak layak manusia mempertanyakan-Nya, tentulah dengan argumentasi di atas, kaum kristiani secara konsekuensi menjawab iya. Lalu si Tuhan lalat terbang dan hinggap di meja makan. Kemudian manusia memukulnya hingga mati, dan matilah sang lalat Tuhan. Padahal Tuhan maha hidup lagi kekal, tidak bisa mati. Kemudian Tuhan pun menjadi lalat dan mati dipukul makhluk-Nya, dibunuh oleh ciptaan-Nya sendiri. Aduhai, Tuhan apakah ini?
Apabila Tuhan berkehendak menjadi apa saja, mungkinkah Tuhan menjelma menjadi seorang pelacur yang hina? Seorang perampok yang biadab? Seorang penjahat yang sadis? Mungkinkah? Tentu saja dengan logika kaum Kristiani di atas, apabila Tuhan berkehendak, niscaya Tuhan mampu dan kita sebagai manusia tidak berhak mempertanyakan otoritas Tuhan. Maka Tuhan pun menjadi sosok yang buruk, hina lagi keji. Aduhai, Tuhan siapakah yang seperti ini?
Oleh karena itulah, kita wajib meyakini bahwa Tuhan itu Maha Sempurna, Ia berkehendak melakukan apa saja, dan mustahil bagi-Nya melakukan hal yang menyelisihi sifat Divinitas (ketuhanan)-Nya. Sehingga, kita katakan bahwa Tuhan itu Maha Pencipta lagi Maha Berkuasa, Ia mampu menciptakan apa saja menurut kehendak-Nya, namun mustahil Tuhan menghendaki diri-Nya kehilangan kemahasempurnaan-Nya.
Kedua : Adakah Yesus pernah mengangkat diri-Nya sebagai Tuhan? Dan adakah Yesus menyatakan bahwa dirinya adalah satu pribadi diantara tiga oknum yang satu?! Jika ada mana dalil kuatnya tentang klaim ini…??? Bahkan, Gospel tidak lebih berbicara tentang kenabian Yesus, dan tidak membicarakan ketuhanan Yesus ataupun trinitas. Sebagaimana pengakuan buku Encyclopedia of Religion yang menyatakan :
“Theologians today are in agreement that the Hebrew Bible does not contain a doctrine of the Trinity”.
“Para ilmuwan Kristen saat ini sepakat bahwa Bibel Ibrani (yaitu Perjanjian Lama) tidak mengandung doktrin Trinitas”
Demikian pula dengan New Catholic Encyclopedia yang mengatakan:
“The doctrine of the Holy Trinity is not taught in the Old Testament”.
“Doktrin Trinitas tidak pernah diajarkan dalam Perjanjian Lama”
Lihat pula Encyclopedia of Religion and Ethics yang menyatakan:
“At first the Christian faith was not Trinitarian….lt was not so in the apostolic and sub apostolic ages, as reflected in the (New Testament) and other early Christian writings”.
“Pada mulanya keimanan Kristen bukan Trinitas….Tidak ada ajaran Trinitas di zaman murid-murid Yesus maupun sesudahnya, sebagaimana yang dapat dilihat dalam (Perjanjian Baru) maupun karya para penulis Kristen (saat itu).”
Ilmuan Bibel, Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God menjelaskan:
“The Old Testament…. tells us nothing explicitly or by necessary implication of a Triune God who is Father, Son and Holy Spirit…. “.
“Kitab Perjanjian Lama….tidak pernah mengatakan sesuatu secara eksplisit maupun implisit tentang adanya Kesatuan Tiga Tuhan yakni Bapa, anak dan Roh Kudus….”
Lantas, apabila ini kesaksian dan penjelasan dari pakar Bibel dan agama Kristen, dari mana doktrin Trinitas ini bermula?
Perhatikanlah pula apa yang disampaikan oleh para nabi yang diutus Allah dalam Perjanjian Lama:
“Dengarlah hai orang Israel: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Ulangan 6:4 dan Markus 12:29)
Namun, Kristen tanpa trinitas bukanlah kristen. Sebab, fundamen dasar agama ini adalah doktrin trinitas. Apabila doktrin ini digugat dan runtuh, maka runtuhlah agama Kristiani. Doktrin ini wajib diyakini dan diimani walaupun sulit difahami, bahkan tidak bisa difahami. Kaum Kristiani hanya diperintahkan untuk menerima dan tunduk, walaupun tidak bisa dicerna oleh akal. Oleh karena itulah Monsignor Eugene Clark menyatakan :
“God is one, God is three. Since there is nothing like this in creation, we cannot understand it, but anly accept it“
“Tuhan itu satu, Tuhan itu tiga. Karena tidak ada yang seperti ini di alam ini, sehingga kita terima saja walaupun kita tidak mengerti. “
Bahkan Uskup Agung Anslem, pemimpin Gereja di Canterbury (1093-1109) dalam bukunya Prosologian I, mengatakan:
“For I am not seeking to understand in order to believe, but I believe in order that I may understand“
“Saya tidak perlu mengerti untuk percaya, tetapi saya percaya agar saya mengerti. “
Iya, doktrin trinitas ini dibangun atas percaya buta, tanpa boleh bersikap kritis dan logis. Walau tidak dipahami dan tidak logis, tetap harus diimani. Demikianlah fundamen keyakinan agama kristiani ini. Yaitu mengimani satu pribadi adalah tiga oknum dan tiga oknum adalah satu pribadi, mengimani bahwa 1 = 3 dan 3 = 1.
Jika begini fundamen kaum Kristiani, maka amatlah berbeda dengan Islâm, yang meyakini keesaan Allah, satu-satu-Nya Tuhan yang menciptakan dan satu-satu-Nya yang berhak di sembah. Lantas, bagaimana bisa kaum liberalis, pluralis dan sinkretis agama itu menyamakan agama tauhid ini dengan agama 1+1+1 = 1 bukan 3. Aduhai, mereka semua ini sedang mengigau, mengatakan sekarang adalah siang sekaligus malam. Suatu hal yang mustahil..????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar