TANGGAPAN MUSLIM:
Agama Nabi Muhammad sebelum Diangkat Menjadi Rasul atau Nabi
Rasulullah
SAW sebelum diangkat menjadi Nabi dan menerima wahyu dari Allah SWT,
dia adalah seorang yang hanif berada dalam millah (ajaran) agama nabi
Ibrahim as sebagai Bapak dari para nabi. Beliau lahir dan tinggal di
tempat dimana dahulu Bapak para nabi itu membangun Baitullah. Beliau
mewarisi kesucian dan kelurusan agama yang dibawa oleh kakeknya (Abdul
Muththalib).
Rasulullah
SAW sebelum menjadi nabi tidak pernah melakukan hal-hal yang nantinya
terlarang dan diharamkan dalam syariat yang diturunkan kepadanya.
Wajahnya belum pernah sujud kepada berhala, perutnya belum pernah
meminum khamar, lidahnya belum pernah digunakan untuk membicarakan
orang, mencaci atau hal yang dilarang. Beliau pernah berdagang tapi
tidak pernah terjebak sistem ribawi.
Bahkan
ketika masih anak-anak, beliau pernah berniat menonton hiburan malam
dalam sebuah pesta, namun atas izin Allah SWT beliau tidak jadi
melakukannya lantaran tertidur dan hal itu berulang untuk esoknya.
Sehingga
kalau pun dia tidak menjadi nabi, pastilah dia akan dikatakan sebagai
orang suci yang shalih dan dicintai semua orang. Namun dengan
diangkat menjadi nabi, maka beliau menjadi pembawa paket risalah yang
berisi hukum dan aturan hidup manusia sedunia dan berlaku hingga akhir
masa. Karena tidak ada nabi sesudahnya.
Dalam Gua Hira
Di
dalam gua Hira, Rasulullah SAW memang bukan berdoa dalam arti seperti
kita sekarang ini. Sebab beliau memang belum mendapatkan penjelasan
langsung dari Allah SWT tentang sosok-Nya. Juga belum ada tata aturan
dalam cara beribadah dan berdoa kepada-Nya.
Sehingga
yang beliau lakukan bukan berdoa, melainkan menyepi untuk melakukan
tahannus. Beliau tentu tidak berkomat-kamit mengangkat tangan ke
langit. Namun yang berliau lakukan adalah merenung, berpikir,
melakukan evaluasi, serta berdialog dengan diri sendiri. Hingga
kemudian Allah SWT berkenan berbicara kepada-Nya lewat perantaraan
malaikat Jibril.
Namun
perlu diketahui bahwa beliau sebagai orang Arab pun sudah tahu bahwa
Allah SWT adalah tuhannya (ajaran Nabi Ibrahim). Bahwa Allah SWT
adalah tuhan yang menciptakan langit dan bumi, yang menurunkan hujan
serta memberi rizki.
Kekurangan aqidah bangsa Arab jahiliyah ini bukan pada rububiyah-nya
(Cara mengesakan Allah), melainkan pada uluhiyah-nya (Cara beribadah Kpd Allah).
Di mana mereka belum punya informasi apa pun tentang bagaimana bertauhid kepada Allah
dan
bagaimana cara beribadah kepada-Nya. Mereka baru sekedar tahu bahwa
tuhan itu ada, namanya Allah dan Allah itu menciptakan mereka hingga
memberi rizqi. Perhatikan firman-firman Allah berikut ini:
Dalil pertama, Allah ta’ala berfirman,
قُلْ
مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ
السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Katakanlah:
“Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?”
Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak
bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus [10]: 31)
Dalil kedua, firman Allah ta’ala,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka
dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. az-Zukhruf : 87)
Dalil ketiga, firman Allah ta’ala,
لَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ
الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
“Dan
sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi
sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah:
“Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak
memahami(nya).” (QS. al-’Ankabut: 63)
Dalil keempat, firman Allah ta’ala,
أَمْ
مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ
وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا
تَذَكَّرُونَ
“Atau
siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah
disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati(Nya).” (QS. an-Naml: 62)
Perhatikanlah!
Dalam ayat-ayat di atas terlihat bahwasanya orang-orang Quraysi
ketika itu mengenal Allah, mereka mengakui sifat-sifat rububiyyah-Nya
yaitu Allah adalah pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan
mematikan, serta penguasa alam semesta. Namun, pengakuan ini tidak
mencukupi mereka untuk dikatakan muslim dan selamat. Kenapa? Karena
mereka mengakui dan beriman pada sifat-sifat rububiyah Allah saja,
namun mereka menyekutukan Allah dalam masalah ibadah. Oleh karena itu,
Allah katakan terhadap mereka,
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan
sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf : 106)
Ibnu
Abbas mengatakan, “Di antara keimanan orang-orang musyrik: Jika
dikatakan kepada mereka, ‘Siapa yang menciptakan langit, bumi, dan
gunung?’ Mereka akan menjawab, ‘Allah’. Sedangkan mereka dalam keadaan
berbuat syirik kepada-Nya.”
‘Ikrimah
mengatakan,”Jika kamu menanyakan kepada orang-orang musyrik: siapa
yang menciptakan langit dan bumi? Mereka akan menjawab: Allah.
Demikianlah keimanan mereka kepada Allah, namun mereka menyembah
selain-Nya juga.” (Lihat Al-Mukhtashor Al-Mufid, 10-11)
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa kaum musyrikin pada masa itu mengakui Allah subhanahuwata’ala
adalah pencipta, pemberi rezki serta pengatur urusan hamba-hamba-Nya.
Mereka meyakini di tangan Allah lah terletak kekuasaan segala urusan,
dan tidak ada seorangpun diantara kaum musyrikin itu yang mengingkari
hal ini (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat) Dan janganlah
anda terkejut apabila ternyata mereka pun termasuk ahli ibadah yang
mempersembahkan berbagai bentuk ibadah kepada Allah ta’ala.
Kualitas
mereka sedikit di bawah para ahli kitab yang sudah kenal Allah dan
juga mengenal adanya kitab-kitab suci yang turun dari langit yang
berisi tata cara ibadah dan juga syariah. Mereka juga mengenal sistem
kenabian yang berujud manusia yang mendapatkan wahyu dari langit
sebagai hukum yang harus diterapkan.
Namun
kesalahan fatal para ahli kitab itu ketika mereka tidak mau mengakui
bahwa Allah SWT menjadikan Muhammad SAW sebagai Nabi dan ingkar kepada
Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir. Kesalahan ini kemudian
diperparah dengan sikap ambivalen (perasaan menentang) mereka terhadap
agama Islam. Bahkan pada akhirnya mereka malah memerangi dan hendak
membunuh Rasulullah SAW. Maka semua keyakinan mereka sebelumnya
tentang Allah, kitab suci, para nabi dan hukum-hukum syariat yang
turun kepada mereka, menjadi tidak ada gunanya lagi.
Sehingga
Syariat itulah (Islam) yang dijadikan Tuhan yang pernah mengutus
Ibrahim, Daud, Musa dan Isa menjadi syariat versi terakhir. Dan
menghapus berlakunya semua syariat yang pernah ada sebelumnya.
Kitab
Al-Quran Al-Karim yang diturunkan kepada beliau adalah kitab yang
menghapus berlakunya semua kitab sebelumnya, dan berlaku hingga akhir
zaman.
Sehingga
bila nanti Yesus Kristus (Nabi Isa as) datang lagi ke dunia ini,
beliau akan menjadi salah satu anggota dari umat Islam. Bahkan beliau
akan bersyahadat bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah. Beliau akan shalat di dalam shaf shalat jamaah umat Islam
dan menjelaskan keberadaannya serta hal-hal yang menyimpang selama
ini kepada murid-murid nya.
Lalu apa tugas nabi Muhammad SAW jika demikian?
Tugas
beliau bukan mengenalkan keberadaan Allah SWT, sebab mereka sudah
kenal Allah. Tugas beliau juga bukan untuk menerangkan bahwa Allah SWT
adalah tuhan yang menciptakan langit dan bumi, sebab mereka sudah
tahu. Tugas beliau adalah memastikan bahwa ketika mereka hanya
menyembah Allah SWT saja yang Esa, tanpa adanya tuhan-tuhan lainnya
yang disembah bersama-Nya. Sehingga motto dakwah beliau adalah: LAA
ILAAHA ILLALLAH, yaitu tidak ada tuhan yang patut disembah dengan haq
kecuali hanya Allah saja.
Walhasil,
agama yang dibawa nabi Muhammad SAW memang mewajibkan penghancuran
semua berhala, juga menafikan semua undang-undang, sistem, agama,
ideologi dan peraturan yang bersumber dari selain Allah SWT. Seorang
tidak dikatakan muslim sebelum dia mengakui tidak ada tuhan selain
Allah, dan tidak ada hukum selain hukum yang Allah turunkan.
Adapun
kenalnya orang Arab jahiliyah terhadap nama Allah SWT, karena dahulu
ada nabi Ibrahim dan puteranya Ismail alaihimassalam di negeri itu.
Bahkan mereka masih setia datang berhaji setiap tahun keliling
baitullah. Mereka memang menyebut Ka’bah dengan istilah baitullah .
Bedanya, cara manasik haji mereka sudah jauh menyimpang. Misalnya,
mereka thawaf keliling ka’bah dengan bersiul dan bertepuk sambil
telanjang tanpa busana.
وَمَا كَانَ صَلاَتُهُمْ عِندَ الْبَيْتِ إِلاَّ مُكَاء وَتَصْدِيَةً فَذُوقُواْ الْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ
Sembahyang
mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan
tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.
Jadi kesimpulannya : Muhammad saw sebelum diutus menjadi nabi adalah muslim sebagaimana agama nabi-nabi sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar